Kalau biasanya nyamuk identik sebagai serangga pembawa penyakit, beda halnya dengan nyamuk satu ini. Nyamuk wolbachia adalah nyamuk yang sengaja dikembangbiakkan sebagai senjata untuk membantu mengurangi kasus DBD, zika, hingga chikungunya. Jadi tidak perlu takut, hanya namanya yang terdengar menyeramkan, padahal perannya turut menjaga kesehatan kamu dari penyakit-penyakit tersebut.
Wolbachia sendiri adalah sejenis bakteri yang biasa ditemukan pada serangga, seperti kupu-kupu, lebah, kumbang, dan lain sebagainya. Para peneliti akhirnya berinovasi memperkenalkan bakteri ini ke nyamuk Aedes aegypti dengan tujuan melemahkan virus dengue dalam tubuh nyamuk. Tetapi bagaimana cara kerjanya dalam menekan kasus DBD khususnya menjelang musim kemarau? Berikut ulasannya!
Baca Juga: 8 Cara Mengatasi Cuaca Panas Ekstrem, Simak Tips Jitunya!
Apa itu Nyamuk Wolbachia?
Wolbachia sendiri bukan bakteri alami nyamuk, melainkan bakteri ini diperkenalkan oleh para peneliti di dunia medis secara sengaja. Bakteri ditularkan ke telur-telur nyamuk, sehingga wolbachia dapat tumbuh dan berkembang di dalam tubuh nyamuk.
Nyamuk yang lahir dari telur yang terinfeksi tersebut akan membawa wolbachia di dalam tubuhnya, lalu menularkan ke generasi berikutnya. Siklus ini terus berulang selama bakteri wolbachia masih dibawa nyamuk.
Tak heran inovasi ini dikembangkan dengan tujuan untuk pengendalian DBD. Di Indonesia sendiri, nyamuk ini merupakan inovasi yang sudah dikembangkan sejak 2011.
Manfaat Wolbachia pada Nyamuk
Pastinya kamu heran bagaimana menginfeksi nyamuk dengan bakteri ini dapat membantu menurunkan kasus DBD. Untuk itu, pahami dulu cara kerja bakteri ini dalam melumpuhkan nyamuk dari dalam, yaitu:
1. Menurunkan Populasi Aedes aegypti Ganas
Melepaskan nyamuk wolbachia selama kurang lebih 6 bulan akan membuat populasi nyamuk di wilayah tersebut terinfeksi bakteri ini. Dengan menyebarnya populasi ini turut membantu menurunkan nyamuk Aedes aegypti yang belum terinfeksi.
Pasalnya wolbachia yang masuk ke dalam tubuh nyamuk akan menyebabkan ketidakcocokan sitoplasma pada nyamuk. Dengan begitu, telur yang dihasilkan dari perkawinan antara nyamuk jantan yang terinfeksi dengan nyamuk betina yang tidak terinfeksi, maka telur tersebut tidak akan menetas.
2. Melemahkan Virus Dengue
Nyamuk yang terinfeksi bakteri ini diteliti telah mengalami penurunan replikasi virus dengue. Dengan kata lain, nyamuk yang sudah terinfeksi justru mengangkut variasi dengue yang lebih lemah dibandingkan nyamuk yang belum terinfeksi. Ini menjadi salah satu alasan jenis nyamuk ini dikembangkan.
Tetapi virus dengue bukan satu-satunya virus yang ikut dilumpuhkan oleh wolbachia. Bakteri ini menghambat dan mengurangi penularan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti, termasuk Chikungunya, zika, hingga demam kuning.
3. Menghemat Biaya Fogging
Di samping itu, melepaskan wolbachia dinilai lebih hemat dibandingkan pengeluaran untuk fogging. Kalau fogging harus dilakukan setiap beberapa bulan sekali, nyamuk ini akan hidup dan regenerasi setiap waktu secara sendirinya.
Wolbachia yang sudah dilepaskan ke alam juga tidak lagi membutuhkan bantuan tangan manusia untuk berkembangbiak. Oleh karena itu dinilai lebih hemat anggaran ketimbang fogging. Terlebih fogging masih membutuhkan tenaga manusia untuk menjangkau area-area yang diinginkan.
4. Memberikan Efek secara Jangka Panjang
Berkaitan dengan poin sebelumnya, menggunakan nyamuk ini sebagai pengendalian DBD dinilai lebih berpengaruh secara jangka panjang. Hanya dengan melakukan satu kali melepaskan nyamuk yang terinfeksi ke alam, nyamuk dapat bertahan di luar sampai selamanya asalkan terjadi regenerasi. Dengan begitu terdapat potensi pengendalian DBD terjadi sendiri dalam jangka panjang.
Ciri-Ciri Nyamuk Wolbachia
Meski mempunyai kebermanfaatan sebagai pengendali penyebaran virus DBD, nyamuk ini masih menyebabkan kesalahpahaman di masyarakat. Tetapi tidak usah khawatir, nyamuk ini pada dasarnya sama dengan nyamuk Aedes aegypti.
Tubuhnya sama-sama hitam dengan corak belang-belang putih. Hanya saja nyamuk ini sudah terinfeksi bakteri wolbachia yang membuatnya lebih aman jika menggigit manusia. Pasalnya wolbachia bekerja dengan menghambat replikasi virus dengue, sehingga turut mengurangi risiko penularan dengue ke manusia.
Penyebaran Nyamuk Wolbachia
Nyamuk ini bukanlah inovasi terbaru di dunia. Beberapa negara sudah menggunakan nyamuk ini dengan tujuan yang sama, yaitu mengurangi kasus DBD di masyarakat. Setidaknya program ini sudah berjalan efektif di sejumlah negara tropis, di antaranya Fiji, Brasil, Australia, Vietnam, Meksiko, Kaledonia Baru, Kiribati, Vanuatu, dan Sri Lanka.
Tentunya Indonesia tidak ketinggalan, namun tidak semua wilayah terdapat populasi nyamuk ini. Program ini sudah dilakukan di Yogyakarta sejak 2011, terutama di Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta. Hasilnya nyamuk ini berhasil menekan kasus DBD di dua wilayah tersebut.
Apakah Gigitan Nyamuk Wolbachia Berbahaya?
Hal ini sempat menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Bahkan nyamuk ini sempat ditolak akibat khawatir wolbachia akan menular ke manusia.
Namun penelitian menunjukkan bahwa wolbachia hanya dapat menginfeksi serangga dan tidak menular ke mamalia maupun manusia. Gigitan nyamuk ini hanya menyebabkan rasa gatal sebagaimana jika kamu digigit nyamuk biasa.
Baca Juga: Cara Menjaga Kesehatan Tubuh Agar Tidak Gampang Sakit
Rasa gatal gigitan nyamuk terkadang membuat tidak nyaman, oleh karena itu kamu bisa menyiapkan raket nyamuk elektrik untuk menebas nyamuk wolbachia jika sudah sangat mengganggu. Tetapi perlu diingat bahwa nyamuk ini tidak berpotensi menular, sehingga tidak perlu khawatir.